Macam-Macam Delik

  1. Delik Kejahatan dan Pelanggaran

Perbuatan-perbuatan pidana menurut sistem KUHP dikategorikan kedalam dua istilah yakni Kejahatan (misdrijven) dan pelanggaran (overtredingen). Kategori kedalam dua istilah tersebut didasari atas perbedaan prinsipil. Kejahatan dapat ditemui dalam Buku II KUHP dan pelanggaran dapat ditemui dalam buku III KUHP.

Undang-undang hanya memberikan penggolongan kejahatan juga pelanggaran namun tidak disertai dengan pengertian yang lugas ataupun jelas. Kejahatan ialah perbuatan yang bertentangan dengan kepentingan hukum, sedangkan pelanggaran ialah perbuatan yang tidak menaati larangan maupun keharusan yang ditentukan oleh penguasa negara.

  1. Delik Dolus dan Culpa

Delik dolus dapat diartikan sebagai perbuatan yang dilarang juga diancam dengan  pidana yang dilakukan secara sengaja. Delik dolus dapat ditemui dalam pasal 338 KUHP yang berbunyi “dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun”

Delik Dolus tidak hanya termuata dalam pasal 338 KUHP, namun dapat juga dijumpai pada pasal 354 KUHP dan Pasal 187 KUHP. Sedangkan delik culpa merupakan perbuatan yang dilarang juga diancam dengan pidana yang dilakukan dengan kelapaan (kelalaian). Delik culpa dapat dijumpai dalam pasal 359 KUHP yang berbunyi “barang siapa karena kealpaannya menyebabkan matinya orang lain, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun”

  1. Delik Commisionis dan Delik Ommisionis

Delik Commisionis dapat diartikan sebagai perbuatan melakukan suatu tindakan yang tidak diperbolehkan oleh aturan-aturan pidana, seperti mencuri dalam pasal 362 KUHP, menggelapkan dalam pasal 372 KUHP, penipuan dalam pasal 378 KUHP. Delik Commisionis biasanya terjadi pada tempat dan waktu pembuat (dader) dalam mewujudkan semua unsur perbuatan juga unsur pertanggungjawaban pidana.[2] Sedangkan delik ommisionis merupakan suatu tindak pidana yang dapat dijumpai dalam pasal 164 KUHP mengenai kejahatan terhadap keterriban umum juga pada pasal 224 KUHP mengenai kewajiban memberikan kesaksian.

  1. Delik Formal dan Delik Materiil

Delik Formal merupakan suatu rumusan undang-undang yang menitikberatkan kelakuan yang dilarang serta diancam oleh undang-undang yang mana dapat ditemui dalam pasal 362 KUHP mengenai pencurian. Sedangkan delik materiel dapat diartika sebagai rumusan undang-undang yang menitikberatkan akibat yang dilarang serta diancam dengan pidan oleh undang-undang yang dapat dijumpai dalam pasal 353 KUHP tentang penganiayaan.

  1. Delik Biasa dan Delik Berkualifikasi

Delik biasa diartikan sebagai  delik yang memiliki bentuk pokok yang disertai dengan unsur memberatkan serta memiliki bentuk pokok yang disertai dengan unsur yang juga meringankan. Delik Biasa dapat ditemui dalam pasal 341 KUHP yang mana lebih ringan daripada pasal 342 KUHP, pasal 338 KUHP lebih ringan daripada pasal 340 danpasal 339KUHP, Pasal 308 KUHP lebih ringan daripada pasal 305 KUHP dan 306 KUHP.

Sedangkan Delik berkualifikasi adalah bentuk khusus, memiliki semua unsur bentuk pokok yang disertai satu atau lebih unsur yang memberatkan. Contohnya ialah pencurian dengan membongkar, penganiayaan yang mengakibatkan kematian, pembunuhan berencana.[3] Delik berkualifikasi dapat dijumpai dalam pasal 365 KUHP terhadap pasal 362 KUHP, Pasal 374 KUHP terhadap pasal 372 KUHP. Sedangkan Delik berkualifikasi adalah bentuk khusus, memiliki semua unsur bentuk pokok yang disertai satu atau lebih unsur yang memberatkan. Contohnya ialah pencurian dengan membongkar, penganiayaan yang mengakibatkan kematian, pembunuhan berencana. Delik berkualifikasi dapat dijumpai dalam pasal 365 KUHP terhadap pasal 362 KUHP, Pasal 374 KUHP terhadap pasal 372 KUHP.

  1. Delik Murni dan Delik Aduan

Delik murni diartikan sebagai delik yang tanpa adanya permintaan penuntutan negara akan segera bertindak untuk melakukan pemeriksaan. Menurut pasal 180 KUHAP semua orang yang melihat, mengalami, mengetahui, menyaksikan, menjadi korban PNS dalam melaksanakan tugasnya mempunyai hak untuk melaporkan. Sedangkan delik aduan diartika sebagai delik yang proses penuntutannya berlandaskan pengaduan dari korban. Delik aduan juga dikategorikan menjadi dua yakni yang pertama murni dan yang kedua ialah relatif.

  1. Delik Selesai dan Delik Berlanjut

Delik Selesai diartikan sebagai delik yang termuat atas kelakuan untuk berbuat ataupun tidak berbuat dan delik telah selesai ketika dilakukan, contohnya ialah kejahatan tentang penghasutan, pembunuhan, pembakaran. Sedangkan delik berlanjut diartikan sebagai delik yang terdiri atas melangsungkan maupun membiarkan suati keadaan yang terlarang  meskipun keadaan itu pada mulanya dihasilkan untuk sekali perbuatan, seperti dapat dijumpai dalam pasal 221 KUHP mengenai menyembunyikan orang jahat, Pasal 333 mengenai meneruskan kemerdekaan orang, Pasal 250 mengenai memiliki persediaan bahna untuk memalsukan mata uang.

 

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS

Wordpress (0)